Tari Wayang

Tari Wayang

     Tari Wayang merupakan bentuk tari yang mengambil lakon dan cerita-cerita wayang seperti Ramayana dan Mahabarata serta Gatotkaca, Baladewa, Sobali, Sugriwa, Darmawulan, Menak, Jayengrana, dan tokoh-tokoh lainnya. Tari Wayang memiliki kekhasan pada aspek koreografis, karawitan, tata busana, dan tata riasnya. Kekhasan ini terletak pada kenyataan bahwa tari Wayang lahir karena kebutuhan untuk mengungkapkan tokoh-tokoh pewayangan dalam seni tari. Belum jelas tahun berapa tepatnya Tari Wayang Berkembang di Jawa Barat, sumber lisan menerangkan pada masa pemerintahan Bupati Bandung ke-10 Martanegara (1893-1918) di dalam kabupaten ada bangunan khusus sebagai tempat pertunjukan Wayang Wong. Pada masa pemerintahan Bupati Bandung ke-11 dan ke-13 Wirana Kusuma V (1920-1931) dan (1936-1945) di kabupaten sering dipertunjukan Wayang Pria (asal kata priyai) maksudnya ditarikan oleh para priyai. 

Sumber Gambar : http://kenalibudaya.info/tarian-adat-jawa-barat/tari-wayang/

     Di dalam penyelenggaraannya, pertunjukan Wayang Pria ini terdiri atas dua macam bentuk. Bentuk pertama tokoh dan peran-peran tertentu menari sambil berdialog (antawacana dilakukan oleh penari sendiri), sedangkan bentuk yang ke dua penari hanya menari saja tanpa antawacana dalam arti dialognya diucapkan oleh dalang.
     Apa bedanya Wayang Wong dan Wayang Pria, melihat tahun perkembangannya dari masa pemerintahan Bupati Martanegara dan Bupati Wiranata Kusuma V, merupakan waktu yang sangat panjang, dan setiap kebudayaan akan selalu berkembang. Apalagi penggerak kebudayaan pada masa itu adalah para penguasa yang bijak dengan latar belakang pendidikan serta pengalaman budaya yang berbeda. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila pertunjukan kedua wayang tersebut terdapat perbedaan, baik dari segi bentuknya maupun sumber wayang itu berasal.
     Dalam Khasanah Kesenian Daerah Jawa Barat diuraikan bahwa Wayang Wong di Jawa Barat terjadi pada tahun 1920-an, yang dibina oleh rombongan keliling serta kalangan priyai terutama di Kabupaten. Tahun tersebut merupakan masa pemerintahan Wiranata Kusumah V yang terkenal sangat mendukung perkembangan kesenian Sunda, dan sering memprakarsai pertunjukan Wayang Wong Priyai di Kabupaten, diantaranya pada tahun 1926. Pada saat itu, Tjetje Somantri pernah ikut menari dan memerankan tokoh Baladewa.
Sumber Gambar : http://www.infobudaya.net/2018/01/kesenian-tradisional-khas-jawa-tengah/

     Wayang Wong yang berkembang di masyarakat dan hidup di beberapa pinggiran kota merupakan hasil pengaruh dari Wayang Wong Cirebon yang ngamen ke Pasundan. Pada saat itu para bangsawan atau menak sedang sangat menyenangi dan menggandrungi Tayuban dengan Ronggengnya.

Sumber Materi : Buku R.TJETJE SOMANTRI (1892-1963) Tokoh Pembaharuan Tari Sunda Karya Endang Caturwati
Penulis : Moch Akbar Syawali
Nim : 18123010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gending Karesmen

Tari Umbul