Tari Topeng Cirebon


Tari Topeng

     Secara kronologis dapat dikatakan bahwa tari Tayuban yang kemudian dikembangkan menjadi tari Kerseus bermula dari Topeng Cirebon. Tari Topeng yang dikembangkan di Jawa Barat sekitar awal tahun 1900 merupakan Tari Topeng Bebarang, sebagai tarian untuk pertunjukkan keliling. Penyajiannya ditentukan oleh si penggarap sehingga tidak ada ketetapan dalam hal materi penyajiannya. Lambat laun tari Topeng Bebarang ini berkembang menjadi Tari Topeng yang disajikan untuk hiburan dalam perayaan-perayaan perkawinan atau khitanan.
     Pada kesempatan ini materi pertunjukan disajikan lebih lengkap dibandingkan Topeng Bebarang, waktu perunjukkan hampir sehari penuh, tempatnya di arena terbuka, biasanya di halaman rumah si penanggap (tidak diatas panggung). Tari Topeng asal cirebon ini terdiri dari empat gaya yaitu, Ciliwung, Slangit, Gegesik, dan Losari. Nama-nama tersebut diambil dari daerah Topeng tersebut berasal. 
     Materi Pertunjukan tari Topeng biasanya terdiri dari 7 macam penampilan yang disajikan secara berurutan, mulai dari karakter halus hingga yang kemudian dilanjutkan dengan Lakonan urutannya antara lain sebagai berikut :
(1) Panji, (2) Pamindo atau Samba, (3) Patih, (4) Tumenggung, (5) Jingga Anom dilanjutkan dengan peperangan Tumenggung, (6) Klana (7) Rumiang dan (8) Lakonan.

Sumber Gambar : Tugas Akhir Jurusan Tari SMKN 10 Bandung tanggal 23 April 2019

     Perkembangan selanjutnya, pada permulaan tahun 1900 di daerah Sumedang, Bandung, Garut, dan Tasikmalaya di Jawa Barat sering di datangi Topeng Cirebon. dalangnya ada dua yaitu bernama Koncer dan Wentar. Murid-murid Koncer dan Wentar diantaranya R. Wirakusumah Lurah Rancaekek, Wiranta dari pabrik Aci ( Kanji ) Cibiru, Okes Kartaatmadja dari Ciparay dan lain sebagainya. Pada tahun 1918 atas prakarsa Asep Berlian putra Haji Abdul Syukur seorang saudagar kaya daerah pasar baru asal Palembang, Koncer dan Wentar beserta rombongan karawitannya didatangkan dari Cirebon untuk mengajar Tari di rumahnya. Selain Asep Berlian kedua adiknya Endang Thamin dan Endang Ashari ikut belajar pula. 
     Pada tahun 1925 beberapa penari pasundan belajar tari Topeng Cirebon diantaranya tari Menak Jingga, Jingga Anom, Darmawulan. Pamindo dan Menak Koncar, namun demikian perkembangan pertunjukan tari topeng Cirebon tidak sepesat tari Kerseus. Hal ini disebabkan karena bentuk geraknya yang sulit untuk diikuti, atau karena iringan gamelannya khususnya pukulan kendangnya tidak semua pangrait Bandung dapat memukul kendang dengan gaya khas Cirebon, atau juga karena faktor sosial. 
Sumber Gambar : Tugas Akhir Jurusan Tari SMKN 10 Bandung tanggal 23 April 2019


     Masalahnya yang mengajarkan tari Topeng pada saat itu umumnya dari kalangan rakyat biasa (Topeng Bebarang). Sedangkan tari Kerseus dikembangkan oleh kaum Menak, baik Menak dari turunan priyai atau menak yang berasal dari kalangan saudagar-saudagar kaya (Menak Pasar).
Tari Topeng yang menyebar di Jawa Barat setelah tari Kerseus adalah tari Topeng yang ditata kembali mulai dari unsur gerak tari, iringan tari, panjang pendek materi, hingga busana tarinya. Tari ini dikenal dengan sebutan tari Topeng Priangan. Tari topeng gaya inilah yang menyebar di masyarakat Jawa Barat hingga saat ini, antara lain Koncaran karya Tjetje Soemantri, Klana karya Nugraha Suradiredja, dan Menak Jingga karya Kodir Ilyas.


Sumber Materi : Buku R.TJETJE SOMANTRI (1892-1963) Tokoh Pembaharuan Tari Sunda Karya Endang Caturwati
Penulis : Moch Akbar Syawali
Nim: 18123010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari Wayang

Gending Karesmen

Tari Umbul