Celempungan

       Celempungan adalah waditra jenis alat pukul terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan seperti kendang, yaitu sebagai pengatur irama laguCelempungan berasal dari kata celempung, yaitu salah satu waditra yang terdapat di dalamnya, yang berfungsi untuk mengatur tempo dan irama. Sampai saat ini belum ada yang menyatakan data – data otentik tentang kapan, dimana, dan siapa yang mempelopori atau menciptakan kesenian celempungan. Menutur Iyar Wiyarsih, pada awalnya celempungan hanya merupakan kesenian kalangenan rakyat Sunda kalangan menengah ke bawah. Hal itu diperkuat oleh bentuk – bentuk instumen dan konsep – konsep penyajian lagu yang sangat sederhana. Instrumen – instrumen yang digunakan pada saat itu di antaranya: celempung, kacapi, rebab, goong buyung, dan sinden, yang menyajikan lagu –lagu jenis lagu jalan, yaitu jenis lagu yang tidak memiliki melodi dasar dan rumpaka yang baku, dan hanya pada tingkatan irama dua wilet kendordua wilet gancang, dan irama sawilet (Suparli, wawancara 5 Oktober 2004). Namun, saat ini celempungan dikemas dengan nuansa yang lebih moderen dengan menambahkan alat musik barat sebagai pendukungnya. Alat musik tersebut adalah gitar.


Dokumentasi 2 Mei 2019 pada saat acara
Pelepasan Siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Cicalengka


       Pada perkembangannya, celempungan tidak lagi hanya sebagai seni kalangenan, tetapi berfungsi sebagai seni hiburan yang bersifat melayani keinginan pemesannya. Sehingga hal itu menuntut kelengkapan – kelengkapan lain, misalnya bertambahnya jenis – jenis lagu yang mengadopsi dari lagu – lagu kiliningan yang memiliki keragaman tingkatan irama, di antaranya irama lalamba atau irama lenyepan (irama opat wilet), serta jenis – jenis lagu atau gending yang mendekati pada konsep garap musik tari. Hal itu pula yang menyebabkan instrumen celempungan diganti dengan instrumen kendang. Serta pada perkembangan berikutnya goong buyung diganti dengan goong gantung.
       Celempungan merupakan alat bunyi yang ditiru dari icikibung, yaitu bunyi permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak sikut di atas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi – bunyi khas. Permainan ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di sungai.
       Bunyi – bunyi dari permainan icikibung itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang terbuat dari bambu besar yang dinamakan awi gombong, dan terciptalah celempung. Untuk yang berbentuk bulat, digunakan bambu besar untuk bahan dasarnya, sedangkan untuk yang berbentuk segi enam atau segi delapan terbuat dari bahan kayu. Alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring jika dipukulkan pada celempung.

Dokumentasi 2 Mei 2019 pada saat acara

Pelepasan Siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Cicalengka

       Bagian – bagian celempung terdiri dari; sirah, penutup pinggir sebelah kiri; pongpok, penutup sebelah kanan; dua utas sembilu berfungsi sebagai senar; talingkup, penghubung kedua utas sembilu; nawa sebagai lubang suara; baham, sebagai tempat pengolah suara.
       Untuk membunyikan celempung terdapat beberapa cara, yaitu:
a.       Cara Memukul
       Alat pukul dipegang oleh tangan kanan. Kedua alur sembilu itu dipukul secara bergantian tergantung pada ritme – ritme serta suara – suara yang diinginkan oleh si penabuh. Selain kedua alur itu, talingkup dipukul pula untuk menambah variasi suara.
b.      Cara Pengolahan Suara
       Tangan kiri dijadikan alat untuk mengolah suara, yaitu untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan) celempung. Jika menghendaki suara tinggi, maka lubang (baham) dibuka lebih lebar, sedangkan untuk suara rendah baham itu ditutup rapat – rapat (dibekeum). Telapak tangan kiri dicembungkan untuk menambah volume udara. Suara-suara celempung bisa bermacam – macam, tergantung pada kemahiran si penabuh dalam membentuk dan mengolah suara.
Dalam perkembangan selanjutnya, celempung dibuat dari bahan kayu. Alur celempung dibuat dari rotan atau kawat, dan talingkup dibuat dari bahan kayu. Bentuk dasar celempung semula adalah berbentuk panjang dan bulat, perkembangan berikutnya dibuat dalam bentuk segi enam atau segi delapan.
Waditra celempung saat ini sudah mulai langka untuk diperoleh, karena peranannya yang hampir sama dengan kendang dan kulanter.

Dokumentasi 2 Mei 2019 pada saat acara

Pelepasan Siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Cicalengka







Ditulis oleh: Rhesa Muhammad Farand (18123034)
Sumber: 
1. Kertas Penyajian Ujian Akhir Karya Seni sdr. Darajat Soemantri yang berjudul “Rebab Dalam Celempungan” tahun 2004.
2. Buku yang berjudul “Waditra: Mengenal Alat – Alat Kesenian Daerah Jawa Barat” karya Drs. Ubun  Kubarsah R.
Follow juga akun instagram @wartasunda212 dan @rhesaamfarand11

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari Wayang

Gending Karesmen

Tari Umbul