Kuda Renggong
Dokumen pribadi
Kuda, pada zaman dulu saat zaman kerajaan selalu digunakan sebagai alat perhubungan dan alat transfortasi perang. Di masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Atmaja pada saat itu perkembangan kuda meningkat tajam dan tumbuh subur karena beliau selalu menggunakan bibit unggul dari Sumbawa. Menurut Bapak Mamat cucunya Aki Sipan yang tinggal di Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang, kuda- kuda bangsawan termasuk milik Pangeran Soeria Atmaja di titipkan kepada Aki Sipan pada tahun 1870. Sejak kecil Aki Sipan senang mengamati kuda terutama kuda yang dapat mengikuti gerakan manusia. Menurut Pa Mamat, Kuda Aki Sipan memiliki gerkan yang unik pada saat berjalan kepalanya suka mengangguk – angguk (ngungkug). Aki Sipan memiliki ide untuk melatih kuda pada saat berjalan setelah memandikan kuda – kuda asuhanya. Aki Sipan berjalan di depan kuda – kudanya, dan tanpa disadari sewaktu Aki Sipan menoleh ke belakang ternyata kuda – kuda tersebut mengikuti gerkan Aki Sipan. Timbulah pemikiran Aki Sipan bahwa kuda – kuda tersebut mampu dilatih berjalan dengan irama yang teratur.
Pada tahun 1910 pada saat Aki Sipan berumur 40 tahun atas izin Pangeran Soeria Atmaja, Aki Sipan mengolah gerakan – gerakan kuda tersebut diserasikan dengan irama bunyi – bunyian dari alat musik dog – dog dan angklung, ternyata gerakan kuda makin lincah dan patuh bila diarahkan. Akirnya Aki Sipan mampu melatih kuda asuhanya yang bernama si Cengek dan si Dengdek dengan gerakan tarian yang menarik untuk ditonton. Dan atas seizin Pangeran Soeria Atmaja dipertontonkan sebagai tunggangan anak Bupati saat khitanan. Ternyata kreasi tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat yang menonton saat itu. Dan kemudian terkenal sebutan “Kuda Renggong” yang berarti kuda yang menari. Kuda Renggong walaupun muncul dikalangan bangsawan penyebaranya sebagai kuda tunggangan budak sunat lebih berkembang di pedesaan, terutama di Desa Cikurubuk, Desa Buahdua Kabupaten Sumedang. Seiring berjalannya waktu lahir lah Tanji di Sumedang pada tahun 1965-an tepatnya di Dusun Sumber Desa Bojongloa Kec. Buahdua alat musik yang berupa tambur, bedug, clarinet, kempul, goong, kenong (niknuk), trombon, kecrek, musik yang sampai saat ini mengiringi Kuda Renggong. terkenal Agar lebih menarik pada saat itu kuda renggong di pakaikan baju, pencipta kreasinya adalah Bapak Encep Suharna dari Desa Pasir Reungit Kecamatan Paseh.
Dokumen pribadi
Karena kemajuan zaman dan tekhnologi semakin canggih dari kesenian kuda renggong di tambah dengan penari kuda renggong yang biasanya dari kalangan ibu – ibu yang terdiri dari 4 atau 6 orang, mereka menari di depan iringan kuda renggong ,menari dengan gerakan yang sama sesuai dengan irama musik tidak hanya penari saja biasanya ada juga yang memakai Kedok Menyon sebagai penambah hiburan para penonton.
Pelaksanaan kuda renggong dalam upacara khitanan dan gusaran biasanya, pimpinan rombongan melakukan pemeriksaan sebelum acara dimulai agar terhindar dari segala sesuatu atau marabahaya.
1. Perlengkapan yang diperiksa meliputi :
a. Sesajen
b. Kuda
c. Waditra (alat musik)
d. Anak khitanan dan gusaran
2. Susunan acara biasanya dimulai dari:
a. Lagu kembang gadung berupa penghormatan kepada leluhur
b. Arak – arakan mengelilingi desa
c. Atraksi kuda silat
d. Sawer
Ditulis oleh Dilla Sagita Febriyanti (18123019) Follow akun Instagram kami di @wartasunda212
Komentar
Posting Komentar